Selingkar Kisah...Antara Shakespeare & Ahmad Jais
Kebetulan? Sememangnya perkara kebetulan adalah salah satu dari perkara pelik dan menarik yang sememangnya wujud di dalam dunia yang fana ni..(chewwahhh).. Bukan apa nak cerita la sikit pasal benda kebetulan ni... pagi tadi masa aku memandu ke pekan (town kata orang putih..) terlihatlah aku akan seorang gadis yang tiba-tiba sahaja menarik-narik anak mata aku untuk melihatnya. Pada awalnya hanya kerlingan tapi kali kedua jadi la pulak renungan (nasib baik tengah berhenti kat traffic light)... cewek tu mengingatkan aku pada sorang bekas awek ku suatu masa dahulu... nak dijadikan cerita tatkala memori silam mula nak masuk jarum, entah macammana bait-bait puitis "SONNET 18-William Shakespeare" yang selama ni tak pernah aku hafal, macam berlegar-legar je kat dalam kepala hotak aku. Lebih kurang macam ni la bunyinya:
Shall I compare thee to a summer day? (padahal hari ni hujan renyai)... Thou art more lovely and more temperate, Rough winds do shake the darling buds of May (padahal bulan ni bulan November@Syawal)... And summer's lease hath all too short a date, sometime too hot the eye of heaven shines, and often is his gold complexion dimm'd:
seterusnya korang sambung le sendiri kalau ingat...
Kemudian sedang SONNET 18 ni berputar-putar mengimbau kenangan silam, tetiba la pulak stesen radio yang aku pasang tadi memutarkan lagu AHMAD JAIS yang bertajuk, UMPAN JINAK DI AIR TENANG... lebih kurang macam ni la bunyinya..
Madah berbunga alun suara
Terdengar merdu hanya dendangan
Wajah yang indah ditatap saja
Hati yang satu di gadai jangan
Jangan tergoda bintang di awan
Kalau terbitnya di siang hari
Jinak merpati makan di tangan
Jangan di kurung di sangkar hati
Seribu senyum seribu madah
Mungkin di kuntum racun yang bisa
Kalau terkorban jiwa merana
Seribu sesal apa gunanya
Merdu di dengar indah di pandang
Awaslah umpan di air tenang
Kasih dan budi bukan mainan
Tergadai hati jiwa tebusan
Habis je penyanyi lagu tu menyanyikan lirik lagu yang macam perli aku ni tadi, terus je lampu hijau on... so kereta belakang dah honk! honk! honk! (nasib baik tak oink! oink! oink!)... apa lagi aku pun masuk gear and press the oil (direct translation)...
Jadi, apa yang aku maksudkan dengan kebetulan tu? Korang fikirlah sendiri dengan meneliti urutan peristiwa dari awal hingga ke bait-bait lirik lagu AHMAD JAIS itu tadi... korang akan paham heh... heh...(kalau tak paham jugak lantak korang la... janji aku paham.)
Shall I compare thee to a summer day? (padahal hari ni hujan renyai)... Thou art more lovely and more temperate, Rough winds do shake the darling buds of May (padahal bulan ni bulan November@Syawal)... And summer's lease hath all too short a date, sometime too hot the eye of heaven shines, and often is his gold complexion dimm'd:
seterusnya korang sambung le sendiri kalau ingat...
Kemudian sedang SONNET 18 ni berputar-putar mengimbau kenangan silam, tetiba la pulak stesen radio yang aku pasang tadi memutarkan lagu AHMAD JAIS yang bertajuk, UMPAN JINAK DI AIR TENANG... lebih kurang macam ni la bunyinya..
Madah berbunga alun suara
Terdengar merdu hanya dendangan
Wajah yang indah ditatap saja
Hati yang satu di gadai jangan
Jangan tergoda bintang di awan
Kalau terbitnya di siang hari
Jinak merpati makan di tangan
Jangan di kurung di sangkar hati
Seribu senyum seribu madah
Mungkin di kuntum racun yang bisa
Kalau terkorban jiwa merana
Seribu sesal apa gunanya
Merdu di dengar indah di pandang
Awaslah umpan di air tenang
Kasih dan budi bukan mainan
Tergadai hati jiwa tebusan
Habis je penyanyi lagu tu menyanyikan lirik lagu yang macam perli aku ni tadi, terus je lampu hijau on... so kereta belakang dah honk! honk! honk! (nasib baik tak oink! oink! oink!)... apa lagi aku pun masuk gear and press the oil (direct translation)...
Jadi, apa yang aku maksudkan dengan kebetulan tu? Korang fikirlah sendiri dengan meneliti urutan peristiwa dari awal hingga ke bait-bait lirik lagu AHMAD JAIS itu tadi... korang akan paham heh... heh...(kalau tak paham jugak lantak korang la... janji aku paham.)
Moral of the story: Yang kurik itu kendi, yang merah itu saga, yang baik itu
budi, yang indah itu bahasa.
Many of us like to hide under the cover of coincidence. If you notice, malaysian filmakers especially the malays had always employed 'coincidence' as the last resort to overcome the drainage of idea that they had sufferd all these years. Worse case scenario, maybe it was not a 'last resort' case after all. It seemed that they can't even detached themselves from it. Plots are easily expanded when using 'coincidence' as the connectors in film but in real life situation, we may use 'coincidence' to link the past with the present situation or the future in order to escape from the harshest reality in life.Did you or did you not? Remember, it takes two to tango, so in your case the honk may be a slap on the wrist a.k.a the wake up call. Flipping through old chapters sometimes ok but don't let it to disillusioned or 'hooked' our thought to the point of no return. There are so many beauties driving cars nowadays...I wonder how many honks you'll get throuh out your entire 'on the shelf' driving experience.. For you, try read Sonnet 1 and 'inhale' the last couplet.
BalasPadamGundam Warrior.
Ha ha... it was not hiding under the cover of coincidence. It made me to realise that coincidence sometimes can be a kind of knock! knock! before you go to any mischieve actions.
BalasPadam